Pada saat mudik lebaran lalu, alhamdulillah kami (saya, Suami, dan anak-anak) berkesempatan untuk berkunjung ke kampung halaman mertua (almarhum) di Purworejo, Jawa Tengah. Kebetulan masih banyak saudara di sana. Sekalian silaturahmi agar ikatan persaudaraan tidak putus.
Innova kami seperti rumah berjalan saja. Maklum, kalau bersama anak-anak balita memang mesti sedikit repot dengan banyaknya perlengkapan yang harus dibawa. Apalagi ini perjalanan jauh Bekasi-Purworejo-Surabaya. Untungnya semua muat di satu mobil.
Karena berangkat di Hari H+1 atau lebaran hari ke-2, jadi kemacetan tidak terlalu terasa. Kemacetan hanya terjadi di tol Cikampek. Alhasil, kalau tahun lalu kami sempat dapat peta mudik, lebaran tahun ini kami jadi harus meraba-raba sendiri rute perjalanan. Untungnya di Jawa ini untuk mengikuti rute-rute perjalanan tidaklah sulit. Sudah banyak petunjuk-petunjuk jalan & antar kota sudah saling berhubungan.
Sampai di Purworejo, kami masuk ke daerah Jetis. Sebuah desa yang tenang, seperti kebanyakan desa di Jawa. Mata pencaharian penduduknya saat ini sudah beragam, tidak hanya bertani seperti dulu. Yang menarik adalah banyak yang membuat batu-bata sendiri di rumahnya. Jadi, untuk membangun rumah, mereka bisa swadaya.
Kondisi rumah-rumah kebanyakan di desa itu cukup sederhana menurut saya. Namun, saya sungguh kagum dengan cara mereka melayani tamu. Mereka sama sekali tidak pelit suguhan dan sangat ramah. Benar-benar tuan rumah yang baik. Seakan-akan semua yang mereka miliki akan diberikan kepada tamu mereka. Padahal saya yakin, kehidupan mereka sehari-hari sangat sederhana. Jadi malu saya dibuatnya, betapa mereka sesungguhnya telah menunjukkan kekayaan mereka sesungguhnya, yaitu kekayaan hati. Tidak perlu menunggu kaya kalau memang mau MEMBERI.
Ah...semakin saya bersyukur dengan perjalanan saya kali ini, semakin banyak yang bisa saya pelajari.
Salam,
Febby Rudiana
Innova kami seperti rumah berjalan saja. Maklum, kalau bersama anak-anak balita memang mesti sedikit repot dengan banyaknya perlengkapan yang harus dibawa. Apalagi ini perjalanan jauh Bekasi-Purworejo-Surabaya. Untungnya semua muat di satu mobil.
Karena berangkat di Hari H+1 atau lebaran hari ke-2, jadi kemacetan tidak terlalu terasa. Kemacetan hanya terjadi di tol Cikampek. Alhasil, kalau tahun lalu kami sempat dapat peta mudik, lebaran tahun ini kami jadi harus meraba-raba sendiri rute perjalanan. Untungnya di Jawa ini untuk mengikuti rute-rute perjalanan tidaklah sulit. Sudah banyak petunjuk-petunjuk jalan & antar kota sudah saling berhubungan.
Sampai di Purworejo, kami masuk ke daerah Jetis. Sebuah desa yang tenang, seperti kebanyakan desa di Jawa. Mata pencaharian penduduknya saat ini sudah beragam, tidak hanya bertani seperti dulu. Yang menarik adalah banyak yang membuat batu-bata sendiri di rumahnya. Jadi, untuk membangun rumah, mereka bisa swadaya.
Kondisi rumah-rumah kebanyakan di desa itu cukup sederhana menurut saya. Namun, saya sungguh kagum dengan cara mereka melayani tamu. Mereka sama sekali tidak pelit suguhan dan sangat ramah. Benar-benar tuan rumah yang baik. Seakan-akan semua yang mereka miliki akan diberikan kepada tamu mereka. Padahal saya yakin, kehidupan mereka sehari-hari sangat sederhana. Jadi malu saya dibuatnya, betapa mereka sesungguhnya telah menunjukkan kekayaan mereka sesungguhnya, yaitu kekayaan hati. Tidak perlu menunggu kaya kalau memang mau MEMBERI.
Ah...semakin saya bersyukur dengan perjalanan saya kali ini, semakin banyak yang bisa saya pelajari.
Salam,
Febby Rudiana
3 comments:
Posting descriptif Mb Febby seperti menggiring untuk juga merasakan suasana yang mb alami. Indahnya memberi. Simply story .. tapi maknanya daleeemmm ..
Sukses terus ya mb,
Eka
http://www.pernik-unikdiary.blogspot.com
iya mbak.. kearifan lokal seringkali membuat kita "orang sok kota" menjadi malu hati ...
saya juga pernah menulis hal serupa di sini: http://anangyb.blogspot.com/2006/01/kearifan-masyarakat-lokal.html
btw, tinggal di bekasi bu? sama dong!
Post a Comment