Friday, May 07, 2010

Bagaimana Cara Menghitung BEP?

Salah satu cara menilai kinerja usaha adalah dengan analisis BEP (Break Even Point), yakni mengetahui volume penjualan yang diperlukan agar bisa menutup semua biaya produksi yang dikeluarkan. Jika diperlukan, Anda juga bisa menghitung BEP yang baru ketika terjadi perubahan biaya tetap, misalnya karena Anda melakukan renovasi tempat usaha atau membeli peralatan kantor yang baru.

BEP bisa dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
* Harga per unit - Biaya variabel per unit = Margin kontribusi per unit
* Margin kontribusi per unit : Harga per unit = Rasio margin kontribusi
* Break Even = Biaya tetap : Rasio margin kontribusi

Sebagai contoh: Dari laporan keuangan Lilian's Donuts menunjukkan, biaya tetap usaha roti itu (dalam ribuan) adalah Rp 49.000, dan biaya variabel per 1 donat adalah Rp 0,3. Jika harga jual tiap donat Rp 1, maka setelah dikurangi biaya variabel, tiap donat menyumbang Rp 0,7 untuk menutup pengeluaran tetap.

BEP bisa diketahui dengan membagi biaya tetap dengan kontribusi tiap donat yang dijual itu, yakni Rp 49.000 : 0,7 = 70.000 donat.

Jika penjualan melampaui 70.000 donat, Lilian's Donuts memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika penjualan kurang dari 70,000, Lilian's akan mengalami kerugian.

Kita juga bisa melihat bahwa peningkatan penjualan 10.000 donat di atas BEP (sehingga menjadi 80.000 donat) akan menghasilkan keuntungan Rp 7.000, dan peningkatan 30.000 donat menjadi 100.000 donat akan menghasilkan keuntungan Rp 21.000. Di lain pihak, saat penjualan hanya 60.000 donat, Lilian's masih rugi Rp 7.000, dan pada saat penjualan baru 40.000 donat, Lilian's masih rugi Rp 21.000.

Dari contoh di atas, peningkatan penjualan 25% (dari 80.000 ke 100.000 donat) akan menghasilkan peningkatan keuntungan dari Rp 7.000 ke Rp 21.000. Hal yang sama terjadi sebaliknya, penurunan sedikit saja pada penjualan juga menghasilkan kerugian yang cukup besar.

Sumber: wanitawirausaha.femina.co.id

Biaya Tetap vs. Untung-Rugi

Makin besarnya keuntungan akibat naiknya penjualan di atas BEP, dan juga makin besarnya kerugian akibat turunnya penjualan di bawah garis BEP, dalam derajat tertentu dipengaruhi oleh kontribusi biaya tetap terhadap struktur biaya usaha.

Karena itulah, jika BEP usaha sudah diketahui, Anda bisa menggunakannya untuk menilai Operating Leverage, yakni besarnya persentase biaya tetap dalam struktur biaya usaha. Makin tinggi Operating Leverage -artinya semakin besar porsi biaya tetap dibanding biaya variabel- makin terpengaruh pula keuntungan usaha jika volume penjualan mengalami naik-turun.

Sebagai contoh misalnya pertimbangan untuk memakai mesin (biaya tetap) untuk menggantikan tenaga sales (biaya variabel). Jika tenaga sales tidak diganti mesin, biaya tetap akan rendah, dan biaya variabel akan tinggi, karena komisi sales dibayar berdasar jumlah produk yang dijual. Dengan Operating Leverage yang rendah ini, bisnis akan menunjukkan pertumbuhan profit yang rendah pula meski sales meningkat. Namun juga menghadapi risiko yang lebih kecil ketika sales menurun.

Menggunakan mesin yang harganya mahal (biaya tetap) saat volume penjualan tinggi memang makin meningkatkan keuntungan usaha. Namun ketika volume penjualan mengecil, kerugian akan makin besar, karena Anda tetap mengeluarkan biaya yang sama untuk membayar cicilan, bunga, serta depresiasi. Sementara jika menggunakan tenaga sales, ketika penjualan menurun, biaya variabel pun berkurang karena jumlah komisi menurun.

Sebagai contoh, kita bandingkan antara CV. Lilian's Donuts (lihat: Bagaimana Cara Menghitung BEP?) dengan CV. Luna's Logo Bordir.

Biaya tetap CV. Luna's Logo Bordir adalah (dalam ribuan) Rp 28.000. Harga jasa per logo Rp 1, dengan komponen biaya variabelnya mencapai Rp 0,6 per logo. Jadi tiap order 1 logo memberi untung Rp 0,4. BEP Luna sama seperti Lilian, yakni Rp 28.000/0,4 = 70.000 logo.

Seperti pada Lilian, ketika order meningkat di atas 70.000, Luna memperoleh keuntungan. Namun bedanya, pada peningkatan 10.000 logo di atas BEP, Luna hanya untung Rp 4.000, dan peningkatan 30.000 hanya untung Rp 12.000. Kerugian yang sama jumlahnya terjadi jika order turun 10.000 atau 30.000 di bawah BEP.

Jika kita membandingkan Lilian dengan Luna, terlihat bahwa Lilian akan untung lebih banyak saat penjualan meningkat. Namun, karena proporsi biaya tetap yang lebih tinggi Rp 49.000 vs Rp 28.000), Lilian akan mengalami rugi lebih banyak jika terjadi penurunan penjualan.

Sebuah usaha bisa memilih apakah mau punya operating leverage yang tinggi atau rendah. Dan keputusan untuk berinvestasi pada aset tetap ini ditentukan oleh persepsi Anda terhadap situasi pasar dan juga kemampuan jual produk Anda agar bisa menutup meningkatnya biaya tetap ini.

Yang perlu dipertimbangkan, seberapa jauh ekspansi penjualan itu masih bisa dilakukan. Sebab meningkatnya volume penjualan juga bisa melemahkan harga dan memunculkan biaya-biaya tak terduga ketika tingkat produksi optimum terlampaui. Untuk usaha kecil, membatasi risiko rugi itu lebih penting daripada meningkatkan potensi profit. Dengan kata lain, usahakan agar biaya tetap selalu rendah.

Sumber: wanitawirausaha.femina.co.id