Thursday, November 22, 2007

Aku Nggak Mau Sekolah.....

Hwwwaaaaaa.....Aku nggak mau sekolah...hwaa...hwaa...hwaa...!!!

Tiba-tiba tangis Alif menyentak saya di siang hari (Senin, 19 November 2007). Nggak biasanya Alif pulang dengan menangis. Sudah hampir 5 bulan ini Alif sekolah pre school di dekat rumah. Biasanya ia selalu ceria waktu pergi maupun pulang sekolah. Setelah ditanya ternyata katanya "takut sama Miss Umi". Ya, Miss Umi adalah salah satu guru yang membimbing Alif di pre school. Saya coba tanya ke si Mbak yang menemani Alif. Rupanya Alif ketika ditanya Miss Umi diam aja. Memang akhir-akhir ini kata si Mbak, Alif sering diam di sekolah. Hmmm...kenapa ya?

Ya sudah...daripada penasaran, mending waktu sekolah saya dampingi ia sampai selesai & cari apa penyebabnya. Apa benar karena takut dengan Miss Umi. Akhirnya saya peluk dia. Hmmm..si kecilku sudah mulai sensitif. Nggak apa, menangislah sayang....tumpahkanlah semua apa yang kamu rasakan...keluarkan semua ganjalan hatimu. I will give you a shoulder to cry on.....;)

Dua hari kemudian saya temanin ia sekolah sampai selesai. Benar saja, seperti yang dikatakan Alif. Miss Umi memang beda dibanding Miss yang lainnya. Ia lebih tegas dan sangat menegakkan aturan. Ckkk...ckkk..pantas saja banyak anak khususnya yang perempuan menangis. Masa' iya sih anak seumur begitu harus terus-terusan didikte dengan aturan. Hmmm...jadi kasihan juga. Pantas saja Alif jadi takut-takut di sekolah, khususnya saat pelajaran Miss Umi. Wahh...ini nggak boleh dibiarkan. Bisa mematikan kreatifitas anak namanya. Yang jelas ini harus disampaikan ke pihak sekolah.

Anyway, yang penting sekarang buat Alif, ia merasa tenang karena sudah bisa menumpahkan segala rasa takutnya. Fiuuuhhh....bersyukur Bunda bisa menjadi orang pertama tempat engkau menangis sayangku... Mungkin kalau Bunda sudah tua nanti, Bunda akan menangis di pelukanmu sayang...

Met bobo' sayang...Love you...:)

Salam,

Febby Rudiana

*******************************************************************
A Shoulder To Cry On Lyrics
» Tommy Page

Life is full of lots of up and downs,
And the distance feels further when you're headed for the ground,
And there is nothing more painful than to let you're feelings take
you down,
It's so hard to know the way you feel inside,
When there's many thoughts and feelings that you hide,
But you might feel better if you let me walk with you
by your side,

And when you need a shoulder to cry on,
When you need a friend to rely on,
When the whole world is gone,
You won't be alone, cause I'll be there,
I'll be your shoulder to cry on,
I'll be there,
I'll be a friend to rely on,
When the whole world is gone,
you won't be alone, cause I'll be there.

All of the times when everything is wrong
And you're feeling like
There's no use going on
You can't give it up
I hope you work it out and carry on
Side by side,
With you till the end
I'll always be the one to firmly hold your hand
no matter what is said or done
our love will always continue on

Everyone needs a shoulder to cry on
everyone needs a friend to rely on
When the whole world is gone
you won't be alone cause I'll be there
I'll be your shoulder to cry on
I'll be there
I'll be the one you rely on
when the whole world's gone
you won't be alone
cause I'll be there!

And when the whole world is gone
You'll always have my shoulder to cry on....

Monday, November 19, 2007

Berburu Buku

Hari Sabtu, 17 November 2007, a rainy day. Kami sekeluarga memutuskan untuk mengunjungi pameran buku di JCC. Kami datang sekitar pukul 4 sore. Dari mulai masuk sampai parkir sudah penuh sekali. Memerlukan waktu hampir 20 menit dari mulai gerbang masuk, sebelum akhirnya sampai ke pelataran parkir & mendapatkan tempat parkir.

Ternyata, tidak hanya ada pameran buku, tapi juga ada pameran Incomtech & Cartoon Network. Untuk Indocomtech karena letaknya bersebelahan dengan pameran buku, akhirnya kami bisa juga mengunjungi tempat itu.

Tempat faforit saya di pameran buku adalah stan buku Gramedia & Femina (he...he...woman's favourite).

Di stan buku Femina, rencanannya saya mau beli bundel buku masak yang saat itu harganya didiskon. Tapi, akhirnya nggak jadi karena setelah saya lihat bahan-bahannya banyak yang susah didapat di abang-abang sayur ;) Ha...ha...maunya yang praktis-praktis aja nih...

Akhirnya di stan Femina saya beli buku:
1. Anak Prasekolah (Seri Ayah Bunda). Pegangan orang tua untuk perkembangan anak usia 3-5 tahun.
2. Buku Pertamaku => Ini sih buku cerita bergambar buat si Alif ;) Mumpung Alif sekarang lagi suka "baca-baca" buku bergambar (bukan baca beneran, tapi lihat2 gambarnya) :) Trus, ributin Bundanya deh, minta dibacakan atau diceritakan. Atau kalau nggak, berimajinasi sendiri, membuat cerita dari gambar-gambar yang dilihat.

Di stan Gramedia, saya beli buku:
1. Financial Revolution by Tung DW. => Ini sih buku lama yang belum sempet kebeli aja. Mumpung lagi ada diskon & sekalian ada CD-nya.
2. Instant Make Up by Gusnaldi. => Kalo ini saya tertarik karena ada DVD Make-upnya. Ya, ini salah satu hobby saya dari mulai kuliah & pernah juga kerja di perusahaan kosmetik as Beauty Consultant waktu baru lulus kuliah ;) I Love it...:))
3. Buku Raksasa. He..he...buku ini bener2 ukurannya raksasa!! Akhirnya saya beli karena tampilan setiap halamannya yang berjendela, colourfull, hard paper & banyak gambar benda-benda yang bisa dipakai untuk bahan belajar & bermain si Alif yang sudah pre school.

Puas melihat-lihat & membeli beberapa buku, kami mengunjungi pameran Indocomtech. Yang paling heboh, penawaran mesin printer komplit seharga 3,5 juta didiskon jadi 2,5 juta (kalau tidak salah ingat) di stan Brother. Sales girlnya saya perhatikan memang cukup heboh & sangat menarik perhatian, disamping barangnya sendiri yang didiskon. Sejak dari awal datang & masuk parkir, saya juga heran koq banyak orang bawa-bawa kotak printer, emang ada hadiah printer ya...:)) ha...ha...

Saya sih awalnya mau cari mesin fax, tapi akhirnya nggak dapat yang sesuai spec & harga saya ;) Still hunting until now.

Yang agak menyesal sih yaitu nggak bisa mengunjungi taman bermain di area parkir senayan tempat Cartoon Network :( Duuhhh....knapa baru tahu ya...padahal ternyata sudah sebulan ada di situ & hari Minggu (18 November 2007), hari terakhir mereka ada di situ. Alif suka banget lihat rumah balon aneka bentuk yang ada di situ. Juga aneka permainan lainnya. Sayang sudah malam & kami harus segera pulang. Untuk keluar gerbangpun butuh waktu cukup lama karena antrian yang panjang.

Anyway...We have a fuuntastic & joyful day...:)

Hari Minggu, 18 November 2007, kami mengunjungi saudara yang akan menunaikan ibadah haji tahun ini. Alhamdulillah, semoga menjadi haji mabrur. Smoga kami juga bisa menyusul segera. Amin. Seperti pesan mereka, agar kami jangan menunggu tua untuk naik haji, kalau bisa sekarang sebaiknya segera dilakukan. Ya, Insya'allah...kami sedang mempersiapkan ke arah itu. Mohon doanya ya....

Salam,

Febby Rudiana

Wednesday, November 14, 2007

Menyikapi Ujian, Mengatasi Cobaan

Terinspirasi dari hujan deras hari ini :) Semoga bermanfaat....

Cerita ini ditulis kembali dari pengalaman H.M. Ambaldy Djuardi (Pak Juju). Dalam usaha apapun pasti ada pasang & surutnya. Tapi, hal terpenting adalah sikap mental saat menghadapinya. Saya pribadi belajar dari Pak Juju ini.

Salam,

Febby Rudiana
********************************************************************************

Seorang pedagang sate kambing keliling bersama anaknya, seperti biasa sedang menjajakan dagangannya. Sang Ayah memikul dagangan, sedangkan anaknya membawa ember cucian piring. Suatu ketika si anak merasa khawatir dagangan tidak akan laku karena cuaca sangat buruk. Hujan deras sekali. Sudah jam sepuluh malam, dagangan masih sangat banyak. Bahkan, si anak memperhatikan daging kambing yang mulai berubah warna, menjadi agak kebiru-biruan. Itu pertanda proses menuju basi.

Si anak serasa mau menangis, tetapi ia heran melihat Ayahnya yang selalu kelihatan gembira. Lalu, ia beranikan diri untuk bertanya, "Bapak kan mencari uang untuk membiayai makan anak-anak, sekolah anak-anak, beli baju anak-anak, tapi bagaimana Bapak, kalau dagangan tidak laku begini? Untuk membayar tukang daging kambing saja tidak cukup. Bagaimana, Pak?

Apa kata sang Ayah? "O, jangan khawatir, Nak. Kalau dagang sate sekarang nggak laku, masak besok nggak laku. Kamu kan tahu kemarin dagangan kita laris, habis satu kambing, berapa keuntungan Bapak? Itu kan gede. Masak tidak kita syukuri? Masak sekarang hari ini dagangan nggak laku terus kita menangis jejeritan? Tidak boleh begitu. Kalau ini nanti dagangan tidak habis, ya kita makan sendiri saja di rumah. Masih ada manfaatnya. Tenang saja, Nak, hari ini lagi giliran orang lain banyak uang. Besok atau lusa giliran kita. Tenang saja. Memang begitulah orang dagang, orang hidup, seperti roda yang berputar. Ada uang tidak ada uang, batin kita harus bebas, harus tenang. Yang penting kita harus selalu berusaha."

Si anak tercenung & baru menyadari hikmahnya. Kalau usaha lagi sepi, tenang saja. Kita berusaha bagaimana meramaikannya. Dan hikmah yang paling utama adalah, bahwa kita harus sabar. Kesabaran pasti ada buahnya, yaitu keberhasilan.

*********************************************************************************

Tuesday, November 13, 2007

Kearifan Lokal

Pada saat mudik lebaran lalu, alhamdulillah kami (saya, Suami, dan anak-anak) berkesempatan untuk berkunjung ke kampung halaman mertua (almarhum) di Purworejo, Jawa Tengah. Kebetulan masih banyak saudara di sana. Sekalian silaturahmi agar ikatan persaudaraan tidak putus.

Innova kami seperti rumah berjalan saja. Maklum, kalau bersama anak-anak balita memang mesti sedikit repot dengan banyaknya perlengkapan yang harus dibawa. Apalagi ini perjalanan jauh Bekasi-Purworejo-Surabaya. Untungnya semua muat di satu mobil.

Karena berangkat di Hari H+1 atau lebaran hari ke-2, jadi kemacetan tidak terlalu terasa. Kemacetan hanya terjadi di tol Cikampek. Alhasil, kalau tahun lalu kami sempat dapat peta mudik, lebaran tahun ini kami jadi harus meraba-raba sendiri rute perjalanan. Untungnya di Jawa ini untuk mengikuti rute-rute perjalanan tidaklah sulit. Sudah banyak petunjuk-petunjuk jalan & antar kota sudah saling berhubungan.

Sampai di Purworejo, kami masuk ke daerah Jetis. Sebuah desa yang tenang, seperti kebanyakan desa di Jawa. Mata pencaharian penduduknya saat ini sudah beragam, tidak hanya bertani seperti dulu. Yang menarik adalah banyak yang membuat batu-bata sendiri di rumahnya. Jadi, untuk membangun rumah, mereka bisa swadaya.

Kondisi rumah-rumah kebanyakan di desa itu cukup sederhana menurut saya. Namun, saya sungguh kagum dengan cara mereka melayani tamu. Mereka sama sekali tidak pelit suguhan dan sangat ramah. Benar-benar tuan rumah yang baik. Seakan-akan semua yang mereka miliki akan diberikan kepada tamu mereka. Padahal saya yakin, kehidupan mereka sehari-hari sangat sederhana. Jadi malu saya dibuatnya, betapa mereka sesungguhnya telah menunjukkan kekayaan mereka sesungguhnya, yaitu kekayaan hati. Tidak perlu menunggu kaya kalau memang mau MEMBERI.

Ah...semakin saya bersyukur dengan perjalanan saya kali ini, semakin banyak yang bisa saya pelajari.

Salam,

Febby Rudiana

Saturday, November 10, 2007

Simplify Your Work Life

Bukan seberapa besar uang yang bisa Anda hasilkan, tapi seberapa besar yang bisa Anda simpan. (Robert T. Kiyosaki)

Seringkali kita bekerja untuk memperoleh penghasilan atau uang. Tapi, semakin banyak kita bekerja & semakin banyak yang kita hasilkan bukan semakin kecil pengeluaran kita, tapi justru semakin besar.

Di kota-kota besar, seperti Jakarta sudah umum terjadi kemacetan dimana-mana. Apalagi headline koran akhir-akhir ini banyak memberitakan semakin parahnya kemacetan ibukota yang semakin membuat orang tidak manusiawi. Banyak orang stress & kehilangan kesabaran. Banyak factor penyebab disampaikan. Antara lain, pembangunan Busway yang bukannya menambah jalan tapi malah mengurangi ruas jalan yang ada. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan, baik mobil apalagi motor yang tidak terbendung sangat tidak sebanding dengan pembangunan infrastrukturnya.

Sebelum pindah ke Jakarta, saya sempat bingung alias tidak habis pikir. Mengapa dalam satu keluarga yang isinya 4-5 orang, jumlah mobilnya bisa sama dengan jumlah keluarga tersebut?

Setelah pindah ke Jakarta mengikuti Suami, saya baru mengerti betapa mobilitas penduduknya begitu tinggi. Bahkan mobil sepertinya lebih penting daripada rumah. Sebagian orang malah membuat mobil mereka layaknya rumah darurat :) Ditambah kondisi angkutan umum di Jakarta yang sudah saya rasakan sendiri tidak nyaman & tidak aman.

Kalau begitu, pasti akan terus bertambah jumlah kendaraan pribadi di ibukota ini. Dan akan semakin macet & ruwetlah kondisi jalan ibukota di hari-hari kerja. Padahal efek dari kemacetan ini sangat fatal sebenarnya. Tidak cuma pemborosan uang (bensin) & waktu yang lebih lama, tapi juga mengganggu kondisi kesehatan fisik maupun mental penggunanya. Kinerja sudah pasti menurun & saya yakin semakin orang tidak mampu mengendalikan temperamennya juga semakin mengganggu hubungan antar manusia dalam masyarakat itu maupun dalam keluarganya. Hubungan Suami & Istri tidak harmonis karena sudah lelah duluan dengan kondisi di jalan & tekanan pekerjaan. Belum lagi anak-anak yang semakin kehilangan waktu bersama orang tuanya plus kalau ditambah lampiasan kemarahan atau bentakan orang tua yang mungkin tanpa sadar (karena kelelahan) menghardik anak saat sang Anak merengek minta diambilkan mainan atau minta diajak bermain. Duhh...kasian deh anaknya.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Menyalahkan Pemerintah dalam hal ini yang tidak becus menata kota & terus menerus mengijinkan bertambahnya jumlah kendaraan di ibukota? Saya rasa itu juga tidak bijaksana. Memang peran atau andil Pemerintah sangat besar dalam hal ini sampai terjadinya keruwetan di Ibukota. Dan sudah seharusnya Pemerintah terus berupaya membenahinya. Tapi, semenjak 2 tahun lalu saya lebih memilih untuk instropeksi diri sendiri. Berkaca ke dalam diri sendiri, menanyakan ke dalam hati ini, apa sebenarnya yang saya cari? Apakah dengan mobilitas yang tinggi & kesibukan setiap hari pergi & pulang kantor akan memberikan kepuasan & kebahagiaan bagi diri saya & keluarga? Apakah saya sudah memberikan kesempatan yang cukup kepada diri sendiri untuk merenung apakah yang sudah saya lakukan selama ini telah memberikan kontribusi yang positif? Apakah saya melakukan semua aktifitas selama ini benar-benar dari hati ataukah karena tuntutan ekonomi atau pribadi atau sosial?

Akhirnya semakin saya menyadari bahwa produktifitas kita tidak diukur dari seberapa banyak waktu yang kita habiskan untuk bekerja di luar. Dan kekayaan kita (kalau dilihat secara materi) tidak diukur dari seberapa besar yang bisa kita hasilkan atau dapatkan, tapi seberapa besar yang bisa kita simpan & pergunakan secara efektif & bijaksana.

Secara kebetulan setelah beres-beres rumah hari ini, saya menemukan kembali buku lama saya yang saya beli 2 tahun lalu, Simplify Your Work Life, oleh Elaine ST. James. Buku yang cukup bagus, mengajak kita untuk mulai mengurangi waktu kerja, melakukan efisiensi, dan mulai melakukan hal-hal lain yang mungkin selama ini telah sering dikesampingkan. Ya…kembali pada keseimbangan hidup/ harmoni. Untuk lebih jelas tentang buku ini, lain kali akan saya ceritakan.

Salam,

Febby Rudiana

Thursday, November 08, 2007

Inilah Kenapa Kita Membutuhkan Kebebasan Waktu Sekarang Juga

Tulisan yang menarik dari Pak Iim, tentang mengapa kita membutuhkan kebebasan waktu sekarang juga.

Setuju sekali Pak Iim :) Memang pilihan di tangan kita, harus kita sendiri yang merubahnya. Jangan mau jadi korban keadaan. Dulu saya juga pernah menjadi salah satu korban kemacetan Jakarta. Karena begitu lelahnya saat perjalanan ke dan dari kantor sampai-sampai saat melahirkan, anak saya harus tinggal lebih lama di RS (10 hari) karena sesak nafas.

Saya sampai bilang ke Bos saya saat itu, koq saya belum bisa menemukan nikmatnya hidup di Jakarta ya? Oh ya, saya asli Surabaya & tinggal di Jakarta karena mengikuti Suami. Alhamdulillah, Suami yang juga masih Amphibi saat ini juga bukan tipe pekerja yang harus 8 to 5, sehingga waktu untuk keluarga juga masih cukup banyak.


Alhamdulillah, sekarang saya bisa menentukan sendiri mau diisi apa hari-hari saya. Saya sudah mulai bisa "menikmati" hidup di Jakarta. Saya bisa pergi ke tempat bermain anak-anak di saat hari-hari kerja. Kalau hari libur tentunya tempat-tempat seperti ini sangat ramai & kurang menyenangkan.

Saya juga bisa online di rumah atau di luar kapanpun saya mau, membaca email, browsing, dll tanpa khawatir ada Bos yang mengawasi apa kita sudah selesai mengerjakan tugas :))

Dan yang penting juga, saya punya banyak waktu untuk merenung, apa yang sudah saya lakukan dalam hidup ini & apa yang akan saya lakukan untuk mengisi hari-hari
saya di masa datang.

Salam,

Febby Rudiana

*********************************************************************************
Thursday, November 08, 2007
Inilah Kenapa Kita Membutuhkan Kebebasan Waktu Sekarang Juga

Beberapa hari terakhir ini yang menjadi focus di pemberitaan media massa adalah masalah kemacetan di Jakarta, banyak warga yang mengeluh sampai-sampai mereka mengajukan tuntutan ke gubernur dan mantan gubernur, Fauzi Bowo dan Sutiyoso yang disalahkan dalam mengelola system transportasi di kota besar ini.

Ada juga di harian terkemuka mengistilahkan Jakarta telah menjadi neraka. Banyak warganya yang sudah stress berat di jalan-jalan sehingga tidak asing lagi jika kita melihat adu mulut antar pengemudi hanya karena saling mendahului saat macet.

Kemarin saya bertemu client, seorang IT Head sebuah bank nasional yang berkantor pusat di Bandung, beliau selama ini tinggal di Bandung, selama 3 hari ini beliau mengikuti training yang diselenggarakan oleh perusahaan saya di Jakarta, dan beliau menceritakan kesemrawutan lalu lintas di metropolitan ini yang tiada henti dari dahulu.

Saya menjadi teringat tulisan Pak Roni di blognya berjudul Jangan Mau Seumur Hidup Habis Waktu Di Jalan, masih banyak rekan-rekan kita yang mengalami seperti ini, banyak waktu yang dihabiskan untuk dijalan. Kawan saya yang berkerja di tengah kota Jakarta, dia harus berangkat jam 5.30 pagi dari rumahnya di Bekasi untuk dapat sampai di kantornya sebelum jam 8 pagi.

Artinya hampir 2 jam setiap pagi dihabiskan dijalan dan ditambah lagi 2 jam setiap pulang harinya. Sudah 4 jam waktunya di jalan, ini masih normal menurutnya, jika keadaan hujan atau harus lembur akan lebih lama lagi, bisa 5-6 jam setiap hari di jalan. Coba bayangkan berapa waktu tersebut dikalikan 25 hari kerja lalu dikalikan 12 bulan. Berapa waktu dijalan selama 1 tahun?

Lalu jika sudah dirumah pada malam hari, kawan saya ini pun langsung terlelap tidur karena sudah kecapaian, tidak ada lagi waktu untuk bercengkerama dengan keluarga dan demikian pagi harinya, dia berangkat pun di saat anak-anaknya masih tertidur. Maka hari Sabtu dan Minggu menjadi waktu yang benar-benar tidak dapat dibuang begitu saja baginya, hari akhir pekan tersebut dijadikan hari untuk keluarganya.

Saat ini di tengah Jakarta sudah mulai tumbuh rumah-rumah mungil, seperti city house, town house, residen, apartemen-apartemen murah dan rumah-rumah sewaan. Banyak para pekerja sudah mulai kembali untuk menghuni di Jakarta walaupun rumah utamanya di pinggiran Jakarta. Mereka sudah kelelahan dengan aktifitas seperti diatas walaupun ada juga yang terpaksa berpisah dengan keluarga dan hanya pada akhir minggu saja berjumpa saat 'mudik'.

Alhamdulillah saya hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit dari rumah ke kantor saya. Saya tinggal di dekat kawasan Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta Pusat, kantor saya ada 3. Yang pertama di Kemayoran juga, hanya 5 menit dari rumah, kedua di Mangga Dua Square kurang dari 10 menit dari rumah dan yang ketiga di Pademangan juga kurang dari 10 menit.

Dulu saya sempat tinggal di Cengkareng dan berkantor di Sudirman, bisa bayangkan saya mengalami kesuntukan di jalan setiap harinya dan sangat boros bahan bakar dan tol. Tahun 2003 saya memutuskan untuk jadi TDA (pengusaha) dan memberikan jabataan saya di TDB kepada rekan saya yang membutuhkan dan tahun 2004 saya hijrah rumah sebagai salah satu strategi hidup saya untuk mendapatkan kebebasan waktu.

Ini juga adalah impian saya untuk mendapatkan kebebasan waktu itu. Pagi hari saya masih bisa bermain dengan anak-anak saya dan kadang berkantor dulu dirumah. Sore hari saya sudah dirumah dan belajar bersama dengan anak-anak saya. Kemana pun istri saya minta diantar saya selalu siapkan waktunya. Dan saya pun tidak ketinggalan untuk dapat mengantar anak-anak saya pergi les/kursus. Yah kebebasan ini hanya bisa kita ciptakan sendiri, harus ada cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang beda. Kita sendiri yang menciptakan keadaan ini.

Untuk itu saya ciptakan beberapa usaha yang saya pilih kantornya tidak jauh dari rumah saya sehingga saya bebas kapan saja saya akan pergi ke kantor dan pulang ke rumah. Dan alhamdulillah saya tidak begitu merasakan kemacetan yang ada karena jika memang ada kemacetan yah saya tidak pergi pada saat jam-jamnya macet, saya bebas mengatur waktunya kapan mau saya. Sehingga waktu saya dapat lebih produktif untuk kantor dan berkualitas untuk keluarga.

Dengan kondisi ini pun sehingga saya dapat juga bermasyarakat di lingkungan saya, kadang pada malam hari saya (kebetulan jadi ketua RT) dapat berkumpul dengan warga dan petugas keamanan / kebersihan di lingkungan rumah saya dan juga dapat aktif di kegiatan masjid (kebetulan juga jadi pengurus Yayasan masjid dirumah). Jadi keseimbangan dalam bisnis dan sosial pun harus kita bisa atur.

Maaf hanya sekedar sharing bukan untuk meriyakan diri. Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang sedang mengejar impiannya.

Jadi apakah masih mau membuang waktu anda? Take action, miracle happen.

-untuk Milad2TDA2008-

Salam fuuntastic,
Iim Rusyamsi

Tuesday, November 06, 2007

Mengikuti Halal Bihalal TDA di Cafe Omah Sendok

Hari Sabtu, 3 November 2007, akhirnya saya beserta anak-anak & asisten bisa mengikuti acara HBH TDA di Cafe Omah Sendok. Suami yang kebetulan hari itu ada acara pameran Mining di Kemayoran terpaksa tidak bisa ikut.

Serasa kumpul dengan keluarga & teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa. Waktu yang disediakan dari jam 10.00 - 16.00 sampai tidak terasa :) Saya tidak akan menulis tentang pembicara ataupun sharing-sharingnya karena semua sudah ditulis lengkap oleh Pak Hadi, bahkan sampai 5 tulisan!! Wah..wah...hebat Pak Hadi.

Sayang kamera saya tertinggal di mobil, jadi tidak sempat membuat dokumentasi pribadi. Tapi, tidak masalah mengingat banyak rekan lain yang punya dokumentasinya, he...he...;)

Saya sampai tidak tahu mau nulis apa. Semua oks...bgt!!! Dari pembicara, peserta, acara, doorprize. Oh ya, waktu di awal acara saya sempet LOA untuk dapat doorprize Buku "Serba-Serbi Menyusui" dari WARM dan tiket seminar dari Action Coach. Alhamdulillah terkabul mendapatkan tiket seminar dari Action Coach, untuk mengikuti seminar "Profit is King" tgl 22 November nanti. Makasih banyak ya Bu Ade :) Insya'allah saya hadir nanti. Sudah lama saya ingin mengikuti seminar Action Coach ini, tapi belum kesampaian juga. Saya baru sempat mengikuti acara "Leverage Game", semacam permainan simulasi bisnis ala Brad Sugars, yang saat itu diadakan di kantor Action, tanggal 15 Juni 2006.

Untuk para panitia, sukses ya...:)

Salam,

Febby Rudiana

Ps. Stelan koko anak Bibo Collection & baju muslim anak lainnya, sebagian sudah jadi contohnya. Bagi yang ingin memesan, silahkan kunjungi www.Alif-Collection.com. Untuk website Bibo-Collection.com saat ini sedang dalam tahap maintenance. Masing-masing model akan diproduksi 6 kodi nantinya. Jadi, buruan ya... bagi yang ingin memesan untuk persiapan di tahun depan.

Thursday, November 01, 2007

Halal Bihalal 1428 H TDA & ULTAH BAIHAQI ke-1

Alhamdulillah,


Akhirnya masih sempat mendaftar untuk acara HBH TDA, sebelum akhirnya ditutup karena peserta yang dibatasi 50 orang. HBH tahun lalu, saya tidak bisa ikut karena baru saja melahirkan anak ke-2 saya. Alhamdulillah...sebentar lagi (3 November 2007), Baihaqi sudah memasuki umur 1 tahun.

Seakan waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru saja saya menulis di blog ini saat habis melahirkan, dengan judul "My Baby was Born"

Setelah hampir setahun melahirkan, bersyukur berat badanpun cepat kembali normal sama persis seperti sebelum hamil. Tidak ada resep spesial ataupun diet yang saya lakukan. Semua wajar-wajar saja. Saya hanya makan secara normal/tidak berlebihan & tetap mengkonsumsi susu khusus untuk Ibu menyusui agar produksi ASI tetap lancar dan terjaga kualitasnya. Saya akui, memberikan ASI ternyata sangat membantu proses penurunan berat badan. Karena ASI yang dikonsumsi bayi akan mengambil jatah dari lemak-lemak yang ada dalam tubuh Ibu. Dengan catatan, porsi makan Ibu normal saja atau tidak perlu berlebihan, yang penting dijaga kecukupan gizinya. Jangan sampai mentang-mentang karena menyusui, kemudian "mengumbar" pola makan karena alasan cepat lapar setelah menyusui. Atau alasan "kan yang diberi makan 2 orang" ;)

Target saya setelah berhasil memberikan ASI Exclusive kepada Baihaqi selama 6 bulan, yaitu tetap memberikan ASI sampai umur 2 tahun disamping makanan lainnya. Bersyukur saya menjadi Work at Home Mom (WAHM), sehingga target-target saya lebih mudah dilaksanakan. Beda seperti saat saya masih bekerja kantor dulu. Saya pribadi sudah mencoba, katanya tetap bisa menyusui anak meski kita tetap bekerja di luar. Tapi, pada praktek di lapangan sangat sulit sekaliiii..... Apalagi dengan kehidupan pekerja di Jakarta yang semua serba terburu-buru. ASI yang diberikan langsung kepada bayi tentunya beda dengan ASI yang disimpan. Dengan diberikan langsung, semakin memperlancar produksi ASI. Waktu masa menyusui Alif dulu, akhirnya saya menyerah memberikan ASI setelah tidak ada lagi produksi ASI sebelum Alif memasuki umur 1 tahun.

Kembali ke HBH TDA, senang sekali bisa bertemu kembali dengan teman-teman TDA. Apalagi saat saya membaca artikel TDA di Nova & ada foto TDA (seperti yang ada di milis) saat Tour ke Bandung bulan Februari 2006 lalu. Serasa mengingat kembali masa-masa awal TDA.

Foto Atas: Foto bersama pemilik pabrik kaos JAIL, saat tour TDA ke Bandung.

Saat itu memang saya aktif di setiap kegiatan TDA & terlibat penuh di kepanitiaan. Tapi, setelah melahirkan anak ke-2, saya harus lebih selektif memilih kegiatan untuk sementara waktu demi fokus kepada my baby yang memang masih perlu waktu ekstra dari sang Bunda ;)

Salam,

Febby Rudiana
One of TDA Founders
* CU...on Saturday Morning ;)