Thursday, July 05, 2007

Hikmah dari Setiap Pilihan & Bersahabat dengan Keadaan

Beberapa hari yang lalu saya membaca tulisan seorang rekan yang membuat saya kembali ingat perjalanan pernikahan kami (Saya & Suami) serta keputusan saya sampai menjadi seorang pemilik usaha & seorang working at home Mom. Coba Anda baca "Luruskan niat..insya Alloh Dahsyat". Kalau Anda seorang Ibu yang saat ini sedang bimbang semoga bermanfaat.

Ya...setiap saat dalam kehidupan ini kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang seringkali membingungkan, bahkan bisa jadi melenceng dari tujuan atau harapan-harapan kita terdahulu. Saya pribadi misalnya, yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang boleh dibilang tidak harmonis, meski bukan keluarga broken home, mengharuskan saya untuk belajar menjadi wanita yang mandiri. Bahkan terkadang mungkin saya bersikap terlalu keras terhadap diri sendiri. Ya...saya tidak ingin bergantung pada orang tua atau siapapun. Saya ingin bisa menjadi "Dian" atau "Cahaya" bagi keluarga (orang tua).

Sejak masa sekolah hingga kuliah, harapan saya adalah bisa lulus dengan predikat terbaik & mendapatkan karir yang terbaik sesuai minat saya. Alhamdulillah, banyak yang sudah terkabul. Saya bisa lulus kuliah dengan predikat Cumlaude & terbaik dari sebuah Universitas Negeri di Jawa Timur pada tahun 2000. Tak lama setelah lulus, saya juga langsung diterima bekerja. Bahkan, saya termasuk mudah dalam memperoleh pekerjaan. Buktinya, sampai tahun 2005, saya sudah 4 kali berganti pekerjaan.

Tahun 2003, saya memutuskan untuk menerima lamaran dari seorang pemuda yang saya yakin insya'allah bisa membimbing saya membentuk rumah tangga yang sakinah, mawardah, warohmah. Amin...

Permasalahan mulai timbul saat saya harus memilih antara pekerjaan saya di Surabaya atau mengikuti Suami yang tinggal & bekerja di Jakarta. Sungguh suatu hal yang berat bagi saya yang masih bermindset "Carrier Woman" saat itu. Saya bukan tipikal wanita yang bisa diam di rumah & hanya mengandalkan penghasilan dari Suami. Meski Suami meyakinkan bahwa Ia tidak melarang saya bekerja asalkan saya bisa tinggal bersamanya, tetap saja keputusan itu cukup berat bagi saya. Alhasil, 2 bulan setelah menikah, saya & suami masih tinggal terpisah. Ha..ha...lucu juga kalau mengenang saat-saat itu. Masih ingat suami yang protes karena tidak bisa berduaan dengan istrinya :))

Setelah 4 bulan di Jakarta, akhirnya saya diterima bekerja di sebuah lembaga pemerintahan. Alhamdulillah, saya bersyukur bisa diterima dari sekian ribu lamaran yang masuk. Melewati sekian tahap proses seleksi, mulai dari seleksi administrasi, test pengetahuan umum, TOEFL, test psikologi, sampai 2x wawancara. Bahkan, teman-teman satu fakultas saya yang ikut test bersama tidak ada yang lolos. Dan ajaibnya lagi, saya diterima kerja, meski pimpinan tahu kondisi saya sudah mulai hamil muda :) Suatu hal yang sangat jarang terjadi.

Hampir 2 tahun saya melewati waktu bekerja kantoran di Jakarta. Meski dalam kondisi hamil, saya berusaha semaksimal mungkin untuk bekerja dengan baik. Suami sudah berkali-kali mengingatkan agar saya selalu memperhatikan kesehatan. Dengan kondisi Jakarta yang macet & rumah kami yang jauh (Bekasi-Jakarta Pusat) membuat saya seringkali kecapekan. Tapi, inipun sering saya acuhkan demi karir.

Sampai saat saya melahirkan anak pertama, Alif, yang terpaksa harus dirawat insentif selama 10 hari akibat sesak napas. Kondisi saya yang sangat lelah membuat air ketuban tidak bagus & berwarna hijau kental. Air ketuban inilah yang meracuni Alif hingga Ia menjadi sesak napas. Alhamdulillah...Allah masih menyelamatkan Alif & memberikan kami kesempatan untuk merawatnya. Ya....kejadian ini telah merubah 180 derajat tujuan saya. Saya menjadi tidak lagi terlalu berharap dengan karir. Saya ingin lebih dekat dengan Alif. Meski setelah kelahiran Alif, saya masih bekerja selama kurang lebih setahun, lebih disebabkan untuk mencari modal tambahan usaha yang sedang saya rintis saat itu. Ya, usaha yang saya harapkan bisa memberikan penghasilan sebagai pengganti income dari kantor.

Alhamdulillah...semua pilihan & keadaan yang saya alami memberikan hikmah tersendiri. Seringkali saya merasa bahwa kita harus ikhlas menerima keadaan & bersahabat dengannya. Ya...bersahabat dengan keadaan...meluruskan niat hanya karena Allah saja kita berusaha. Insya'allah niat yang tulus akan membukakan kemudahan yang tidak disangka-sangka jalannya. Meski dalam hal ini saya masih harus belajar lebih banyak lagi. Hmm....saya mesti berguru kemana ya? Pengin juga punya guru spiritual yang bisa mencerahkan di saat hati mulai goyah.

Alhamdulillah, di bulan Juli ini, 2 tahun setelah saya resign dari kantor, rezeki saya tidak berkurang, justru terus bertambah. Amin. Bahkan, kami berhasil pindah ke rumah baru yang boleh dibilang sangat fantastis bagi kami.

Ya...perjalanan masih panjang, tapi insya'allah dengan usaha & niat yang lurus, Insya'allah kami bisa berbuat lebih baik lagi & bermanfaat lebih banyak lagi. Amin...

Salam,

Febby Rudiana

Ps. Hidup adalah pilihan...Setiap pilihan membawa konsekuensi masing-masing. Tetapkan tujuan hanya kepada-Nya, bulatkan tekad, & usaha maksimal. Selanjutnya, biar Allah yang berkehendak.

No comments: