To : TDA Community
Ngomong-ngomong tentang usaha di Kampung yang dilakukan Pak Hadi, saya jadi teringat cerita Pak Djujuk (pemilik Juliana Jaya) tentang suatu kisah yang ditulis di bukunya berjudul “Saudagar Gentayangan”. He…he…nggak tau knapa, saya yang biasanya moody, kalau baca tulisan Pak Hadi jadi pengin ikutan nulis :) Smoga kisah ini bermanfaat bagi yang belum membacanya melalui buku Pak Djujuk.
Sebelum merantau ke Jakarta tahun 1966, Pak Djujuk yang masih muda punya seorang rekan bernama Agus yang memiliki profesi unik. Suatu ketika Pak Djujuk muda diajaknya mencari uang.
Si Agus membeli 2 buah radio di kota. Dengan naik motor keliling ke desa-desa sambil membawa 2 radio tsb. Di sebuah desa, Si Agus tertarik pada sebuah rumah yang terbilang megah, & bertanya pada seseorang siapa pemiliknya. Lalu, merekapun bertamu & ingin bertemu dengan pemilik rumah yang sebut saja Pak Haji. Si Agus menawarkan radio ke Pak Haji tsb. Pak Haji tertarik, tapi kebetulan Ia sedang tidak ada uang kontan yang mencukupi. (Misalnya harganya Rp 75 ribu hanya ada uang Rp 25 ribu). Tapi apa kata si Agus? “Tidak apa-apalah Pak Haji, Rp 25 ribu, sisanya kan bisa dibayar pakai padi, pakai ayam pun jadilah….” Kata-kata si Agus ini rupanya menarik bagi Pak Haji, maka ia pun memerintahkan anak buahnya untuk menangkap beberapa ekor ayam.
Pak Djujuk muda & rekannya lalu melanjutkan perjalanan. Tugas Pak Djujuk muda saat itu membawa sebuah radio yang belum laku & 6 ekor ayam. Sampai di kampung lain, si Agus membelokkan motornya ke sebuah rumah penduduk. Ia tawarkan radio, tetapi pemilik rumah tidak tertarik karena sudah punya, namun tertarik pada ayam yang mereka bawa. Enam ekor ayam itu dibelinya Rp 60 ribu. Radio yang tadi seharusnya dibeli Pak Haji Rp 75 ribu, tetapi yang Rp 50 ribu dibayar pakai 6 ekor ayam, ternyata ayam2 itu laku dijual Rp 60 ribu. Jadi boleh dibilang radio itu akhirnya laku Rp 85 ribu.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan lagi, kali ini tugas Pak Djujuk muda sudah ringan, sambil membonceng, memegang sebuah radio. Si Agus dengan gaya ramah bersahabat masuk pekarangan sebuah rumah yang cukup bagus, dan terlihat banyak padi. Ditawarkannya radio itu.
“Saya sebenarnya tertarik dengan radio ini, tapi saya cuma punya padi,” kata tuan rumah yang ternyata salah seorang pejabat desa.
“Boleh Pak, tukar saja dengan 2 kuintal padi,” kata Si Agus. Pak Djujuk muda mulai khawatir, jangan2 ia nanti disuruh memanggul padi sebanyak 2 kuintal itu. Ternyata tidak, Si Agus meminjam gerobak dorong, lalu membawa padi itu ke huler atau tempat penggilingan padi. Rupanya padi2 tsb langsung dijual di situ, jual cepat, harga murah. Meskipun harga murah, ternyata 2 kuintal padi laku Rp 100 ribu. Pak Djujuk muda jadi terbengong-bengong sendiri. Begitulah cara dia mencari uang. Anehnya, 2 buah radio yang seharusnya dijual dengan harga Rp 150 ribu, ternyata setelah dihitung-hitung menghasilkan Rp 185 ribu.
Agus bukan hanya menjual radio, tetapi juga barang-barang lain. Bukan pula hanya barang-barang milik dia sendiri, tetapi juga titipan punya orang yang ingin menjual barang-barangnya. Ada jam tangan, ada emas berlian, dan sebagainya.
Itulah gambaran bisnis “Saudagar Gentayangan” yang bisa dilakukan siapa saja. Modalnya adalah jujur, dapat dipercaya. Anda bisa langsung membawa barang-barang Dan lalu Anda jual di sana, di kampung misalnya, bisa juga mendata calon pembeli, mereka membutuhkan barang-barang apa saja, lalu Anda bawakan. Perlu mebel? Saya bawakan! Perlu tape recorder, mesin cuci, kulkas? Saya bawakan. Apapun barang yang mereka butuhkan bisa Anda adakan. Dagang di desa pun bisa memperoleh keuntungan yang besar. Dagangan Anda, jika dibayar dengan ayam, misalnya, terima saja. Tapi Anda harus tahu harga ayam di pasar berapa? Barangkali bukan hanya ayam, tetapi juga singkong, padi, pisang, dan sebagainya. Di desa cenderung “ tidak ada” uang.
Banyak barang dari kota yang mereka perlukan, seperti sepeda untuk anak-anak sekolah, petromax, kulkas, mesin disel penyedot air yang kecil itu, pakaian (kaos, jeans) dan banyak lagi yang niscaya Anda akan bisa segera mendeteksinya.
Anda pasti berhasil, yang penting jujur, dapat dipercaya, penampilan murah senyum, pandai bergaul tetapi jangan terbiasa banyak bicara masalah politik, ngobrolnya yang ringan-ringan saja. Pesan Pak Djujuk, jangan menjualnya dengan pembayaran secara kredit. Pokoknya kontan. Biar ditukar ayam, padi, kacang, yang penting kontan.
Menjadi “Saudagar Gentayangan” itu enak, berdagang berekreasi melihat daerah-daerah dan suasana baru, banyak kenalan, nama terkenal, rezeki lancar.
Bekasi, 2 November 2006
Diceritakan kembali oleh
Febby Rudiana
Dari buku “Kiat Sukses Mencari & Mendapatkan Banyak Uang”
Oleh : H.M. Ambaldy Djuardi (Pak Djujuk)
Ps. Dapat inspirasi dari cerita ini? :) Look around you, find someone’s need & fulfill it.
Btw, nulisnya sambil nahan mules karna nunggu hari si Baby lahir :)
Ngomong-ngomong tentang usaha di Kampung yang dilakukan Pak Hadi, saya jadi teringat cerita Pak Djujuk (pemilik Juliana Jaya) tentang suatu kisah yang ditulis di bukunya berjudul “Saudagar Gentayangan”. He…he…nggak tau knapa, saya yang biasanya moody, kalau baca tulisan Pak Hadi jadi pengin ikutan nulis :) Smoga kisah ini bermanfaat bagi yang belum membacanya melalui buku Pak Djujuk.
Sebelum merantau ke Jakarta tahun 1966, Pak Djujuk yang masih muda punya seorang rekan bernama Agus yang memiliki profesi unik. Suatu ketika Pak Djujuk muda diajaknya mencari uang.
Si Agus membeli 2 buah radio di kota. Dengan naik motor keliling ke desa-desa sambil membawa 2 radio tsb. Di sebuah desa, Si Agus tertarik pada sebuah rumah yang terbilang megah, & bertanya pada seseorang siapa pemiliknya. Lalu, merekapun bertamu & ingin bertemu dengan pemilik rumah yang sebut saja Pak Haji. Si Agus menawarkan radio ke Pak Haji tsb. Pak Haji tertarik, tapi kebetulan Ia sedang tidak ada uang kontan yang mencukupi. (Misalnya harganya Rp 75 ribu hanya ada uang Rp 25 ribu). Tapi apa kata si Agus? “Tidak apa-apalah Pak Haji, Rp 25 ribu, sisanya kan bisa dibayar pakai padi, pakai ayam pun jadilah….” Kata-kata si Agus ini rupanya menarik bagi Pak Haji, maka ia pun memerintahkan anak buahnya untuk menangkap beberapa ekor ayam.
Pak Djujuk muda & rekannya lalu melanjutkan perjalanan. Tugas Pak Djujuk muda saat itu membawa sebuah radio yang belum laku & 6 ekor ayam. Sampai di kampung lain, si Agus membelokkan motornya ke sebuah rumah penduduk. Ia tawarkan radio, tetapi pemilik rumah tidak tertarik karena sudah punya, namun tertarik pada ayam yang mereka bawa. Enam ekor ayam itu dibelinya Rp 60 ribu. Radio yang tadi seharusnya dibeli Pak Haji Rp 75 ribu, tetapi yang Rp 50 ribu dibayar pakai 6 ekor ayam, ternyata ayam2 itu laku dijual Rp 60 ribu. Jadi boleh dibilang radio itu akhirnya laku Rp 85 ribu.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan lagi, kali ini tugas Pak Djujuk muda sudah ringan, sambil membonceng, memegang sebuah radio. Si Agus dengan gaya ramah bersahabat masuk pekarangan sebuah rumah yang cukup bagus, dan terlihat banyak padi. Ditawarkannya radio itu.
“Saya sebenarnya tertarik dengan radio ini, tapi saya cuma punya padi,” kata tuan rumah yang ternyata salah seorang pejabat desa.
“Boleh Pak, tukar saja dengan 2 kuintal padi,” kata Si Agus. Pak Djujuk muda mulai khawatir, jangan2 ia nanti disuruh memanggul padi sebanyak 2 kuintal itu. Ternyata tidak, Si Agus meminjam gerobak dorong, lalu membawa padi itu ke huler atau tempat penggilingan padi. Rupanya padi2 tsb langsung dijual di situ, jual cepat, harga murah. Meskipun harga murah, ternyata 2 kuintal padi laku Rp 100 ribu. Pak Djujuk muda jadi terbengong-bengong sendiri. Begitulah cara dia mencari uang. Anehnya, 2 buah radio yang seharusnya dijual dengan harga Rp 150 ribu, ternyata setelah dihitung-hitung menghasilkan Rp 185 ribu.
Agus bukan hanya menjual radio, tetapi juga barang-barang lain. Bukan pula hanya barang-barang milik dia sendiri, tetapi juga titipan punya orang yang ingin menjual barang-barangnya. Ada jam tangan, ada emas berlian, dan sebagainya.
Itulah gambaran bisnis “Saudagar Gentayangan” yang bisa dilakukan siapa saja. Modalnya adalah jujur, dapat dipercaya. Anda bisa langsung membawa barang-barang Dan lalu Anda jual di sana, di kampung misalnya, bisa juga mendata calon pembeli, mereka membutuhkan barang-barang apa saja, lalu Anda bawakan. Perlu mebel? Saya bawakan! Perlu tape recorder, mesin cuci, kulkas? Saya bawakan. Apapun barang yang mereka butuhkan bisa Anda adakan. Dagang di desa pun bisa memperoleh keuntungan yang besar. Dagangan Anda, jika dibayar dengan ayam, misalnya, terima saja. Tapi Anda harus tahu harga ayam di pasar berapa? Barangkali bukan hanya ayam, tetapi juga singkong, padi, pisang, dan sebagainya. Di desa cenderung “ tidak ada” uang.
Banyak barang dari kota yang mereka perlukan, seperti sepeda untuk anak-anak sekolah, petromax, kulkas, mesin disel penyedot air yang kecil itu, pakaian (kaos, jeans) dan banyak lagi yang niscaya Anda akan bisa segera mendeteksinya.
Anda pasti berhasil, yang penting jujur, dapat dipercaya, penampilan murah senyum, pandai bergaul tetapi jangan terbiasa banyak bicara masalah politik, ngobrolnya yang ringan-ringan saja. Pesan Pak Djujuk, jangan menjualnya dengan pembayaran secara kredit. Pokoknya kontan. Biar ditukar ayam, padi, kacang, yang penting kontan.
Menjadi “Saudagar Gentayangan” itu enak, berdagang berekreasi melihat daerah-daerah dan suasana baru, banyak kenalan, nama terkenal, rezeki lancar.
Bekasi, 2 November 2006
Diceritakan kembali oleh
Febby Rudiana
Dari buku “Kiat Sukses Mencari & Mendapatkan Banyak Uang”
Oleh : H.M. Ambaldy Djuardi (Pak Djujuk)
Ps. Dapat inspirasi dari cerita ini? :) Look around you, find someone’s need & fulfill it.
Btw, nulisnya sambil nahan mules karna nunggu hari si Baby lahir :)
2 comments:
cerita yang sangat menginspirasi..I love it!!!
helow, kenalkan nama say : Vera , saya adalah karyawati sebuah bank asing di Jakarta, saat ini saya ingin sekali membuka usaha sendiri , agak takut sih krn belom punya pengalaman apa2..tapi blog anda sungguh sangat inspiratif..membuat saya jadi terpacu untuk segera buka usaha, meskipun modalnya masih kecil..
do you really know about Anne ahira ? is she exist as a person? I mean..do u really meet her personaly..??
Post a Comment